Selasa, 01 November 2016

Dharsyaf Pabottingi: Teater Adalah Urat Nadi Kehidupan Saya

            Teater kontemporer Indonesia sedang menghadapi dilema di etalase pasar. Terjadi distorsi di berbagai sudut. Nilai-nilai kultural dianggap tidak mendatangkan uang. Keadaan ini mungkin akan berlangsung sampai masyarakat jenuh sendiri. Apalagi kalau orang-orang teaternya semua memilih untuk beradaptasi. Tapi masih ada juga segelintir orang teater yang tidak letih mengabdi. Salah satunya adalah Dharsyaf Pabottingi, seniman teater dari Bulukumba.
           Lelaki ini tak pernah  letih mengabdi. Dharsyaf Pabottingi berusia 50 tahun ketika terpilih sebagai penerima Celebes Award dari Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 2004. Penghargaan tersebut diberikan karena Dharsyaf Pabottingi sangat produktif dan kreatif menggarap seni pertunjukan khususnya teater untuk dinikmati masyarakat.
             “Teater sudah menjadi urat nadi kehidupan saya. Hanya itu yang menjadi modal pengabdian saya kepada bangsa, negara dan agama,” kata dia, sekali waktu.
         Gencarnya eksperimen teater Indonesia pada tahun 70-an terhenti. Puncak-puncak prestasi teater di tahun-tahun itu belum terulang lagi. Itu  bukan semata-mata masalah teater. Tapi dampak perkembangan nilai-nilai di tengah masyarakat yang terlanjur berada di tahap konsumerisme. Mereka telah meletakkan nilai-nilai ekonomi di atas segalanya. Namun bagi seorang Dharsyaf, teater adalah salah satu anak zaman dan zaman tidak pernah membunuh anak kandungnya sendiri.
Dharsyaf Pabottingi (Foto: zulengkatangallilia.blogspot.co.id)
            Karya-karya teater Dahrsyaf tidak saja dipentaskan di daerah, tetapi juga sampai ke tingkat nasional. Tercatat beberapa penampilannya di Jakarta yang sempat mengharumkan nama Bulukumba, seperti: Teater Kubu Palioi dan Sendratari Panritalopi.
            Dharsyaf mengakui dirinya tidak pernah letih mengabdikan diri lewat karya pentas. Lelaki yang selalu identik dengan rambut panjang ini bergumul di dunia teater sejak masih muda belia. Pergulatan bersama Teater Kampong yang didirikan dan dipimpinnya sampai sekarang diakuinya sebagai modal pengabdian kepada kemanusiaan sekaligus kepada bangsa dan negara.
            Teater Kampong yang telah hadir sejak 1979 sampai saat ini tetap eksis dalam seni pertunjukan budaya khusus teater di Kabupaten Bulukumba. Sudah tidak terhitung banyak karya yang dilahirkan dan penghargaan yang digenggam. Selain itu, kelompok seni tertua di Kabupaten Bulukumba yang masih bertahan ini juga telah banyak melahirkan pekerja seni dan budaya
             Suami dari Suhaemina, aparatur di kantor Pemerintah Kabupaten Bulukumba ini juga intens berkarya di luar teater. Selain sebagai penulis naskah drama, produser, sutradara dan sekaligus pemain teater Dharsyaf juga adalah seorang pelukis dan penyair.(*)



0 komentar:

Posting Komentar