Rabu, 02 November 2016

Dul Abdul Rahman, Novelis Sederas Sungai Lolisang


          Beberapa novelnya dijadikan rujukan penulisan skripsi dan disertasi mahasiswa di Indonesia dan luar negeri. Ia menovelkan La Galigo untuk Kebangkitan Budaya Bugis-Makassar.

Sampai hari ini namanya masih tercatat sebagai novelis paling produktif dari Bulukumba. Kampung halamannya ternyata memang merupakan salah satu  sungai inspirasi. Novel dan cerpennya pun mengalir sederas Sungai Lolisang  di desa kelahirannya, Tibona.
           Beberapa diksi maupun judul karyanya seringkali -atau mungkin tidak sengaja- menggunakan kata dan makna "rindu" sebagai titik awal mengalirkan plot-plot cerita. Diksi “rindu”nya mengarah pada semacam kecintaan terhadap kampung halaman yang eksotik, yang budayanya mengagumkan, dan yang tak habis-habis menderas dalam inspirasi. 
           Dul Abdul Rahman lahir dan dibesarkan di tengah alam perdesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota, tepatnya di kampung Taccibo Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa, Bulukumba pada tanggal 29 Januari 1974.      
           Selain menjadi sastrawan Dul Abdul Rahman bekerja sebagai peneliti dan dosen. Tulisan-tulisannya tersebar di media nasional dan lokal di Indonesia dan Malaysia. Iajuga merambah sastra cyber dengan menulis di situs pribadinya: darsastra.blogspot.com. Tulisan-tulisannya berupa karya sastra, kritik sastra, dan artikel budaya dimuat koran lokal dan nasional di Indonesia dan Malaysia.
           Buku-buku karyanya di bidang sastra yang sudah terbit sejauh ini:
1. Lebaran Kali Ini Hujan Turun (Kumpulan cerpen, Nala Makassar, 2006)
2. Pohon-Pohon Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2009).
3. Daun-Daun Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2010)
4. Perempuan Poppo (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)
5. Sabda Laut (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)
6. Sarifah (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2011)
7. La Galigo (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2012)
8. La Galigo 2 (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2012)
          Dua novelnya  terbit di Jakarta dan Jogjakarta: Pohon-Pohon Meranggas dan Hutan Rindu. Novelnya Pohon-Pohon Rindu dijadikan rujukan penulisan skripsi oleh mahasiswa, sedangkan Daun-Daun Rindu dijadikan rujukan oleh seorang mahasiswa program doctor Universiti Malaya yang melakukan penelitian hubungan Indonesia-Malaysia (lebih spesifik hubungan Bugis-Melayu).
             Dul menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Buludatu, Desa Kalobba, Kecamatan Sinjai Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai, 1981-1987, Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 1987-1990, SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, 1990-1993, Jurusan Sastra Inggeris, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin Makassar, 1993-1998, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, 2001-2002, dan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2004-2009.
             Dul Abdul Rahman. Putra pasangan Rappe Nongko Daeng Patahang dan Siti Suleha. Ayahnya Rappe Nongko adalah cucu dari La Sulle Daeng Patahang yang merupakan putra raja Bone. La Sulle Daeng Patahang meninggalkan kerajaan Bone karena berselisih paham dengan kakaknya yang menjadi raja Bone. La Sulle Daeng Patahang menetap di daerah Kajang Bulukumba. La Sulle Daeng Patahang menikah dengan perempuan Kajang dan beranak pinak di sana. Siti Suleha, ibu Dul Abdul Rahman adalah perempuan asli Sinjai.
Meski lahir di Desa Bontominasa (sekarang Desa Tibona), sejak kecil, sekira berusia 5 tahun, Dul Abdul Rahman bermukim di Kabupaten Sinjai. Semasa kecilnya, ia senang berpetualang. Ia sangat mencintai alam. Itulah sebabnya, novel pertamanya “Pohon-Pohon Rindu” bertema alam dan lingkungan.
Selain itu, novel “Pohon-Pohon Rindu” juga ia persembahkan kepada perempuan pertama yang membuatnya jatuh cinta. Perempuan itu bernama Ida Haji Muhiddin. Kekasih yang sangat dicintainya tersebut adalah puteri Bikeru yang meninggal dunia pada tahun 1994 ketika ia masih berstatus siswi SMA Negeri Bikeru Sinjai.
Ketika ia bersekolah di MTsN Tanete Bulukumba, Dul sudah mulai aktif menulis. Cerpen pertamanya yang berjudul “Gerimis Senja” dimuat SKH (Surat Kabar Harian) Mimbar Karya ketika ia masih bersekolah di MTsN Tanete.
Dul Abdul Rahman juga adalah siswa yang berprestasi, dari Madrasah Ibtidaiyah hingga SMA Bikeru Sinjai, ia selalu menduduki rangking satu.
Selama kuliah di Universitas Hasanuddin, Dul Abdul Rahman juga aktif sebagai pencinta lingkungan. Selama kuliah hingga sekarang ia aktif berkunjung ke Malaysia. Bahkan ia pernah menetap di Sintok Kedah Malaysia.

Menovelkan La Galigo untuk Kebangkitan Budaya Bugis-Makassar
La Galigo, sejatinya adalah karya sastra terpanjang di dunia menurut Sirtjo Koolhof. Tetapi sekian lama cerita La Galigo tenggelam karena tidak ada yang berani “membongkar”nya. Atau mungkin ada yang ingin menulisnya tetapi takut menulis sebuah karya yang akan dilabeli dengan istilah EPIGON.
Karya Mahabarata dan Ramayana terkenal karena ditulis ulang oleh banyak penulis-penulis India, bahkan luar India, sebutlah Mahabarata dan Ramayana karangan C.Rajagopalachari, atau karangan RK.Narayan. Bahkan kitab asli India tersebut “dijawakan” maka jadilah Mahabarata dan Ramayana versi Jawa. Mahabarata dan Ramayana pun semakin dikenal luas. Pun SERAT CENTINI, sekarang banyak “dibongkar” oleh banyak penulis sehingga kitab sastra klasik jawa tersebut semakin terkenal karena semakin banyak dibaca dan dikaji.
Dul Abdul Rahman pun menovelkan La Galigo. Ia bukan hanya berdasarkan dua belas jilid yang ada di Belanda yang ditulis oleh Colliq Pujie, tetapi juga melakukan penelitian langsung. Ternyata cerita La Galigo terus berkembang dalam masyarakat, bahkan ada episode yang menyatakan Sawerigading berkunjung ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Banyak versi La Galigo yang terdapat dalam masyarakat, tetapi tentu saja yang terkenal adalah 12 jilid yang sempat ditulis tangan oleh Colliq Pujie atas permintaan B.F.Matthes.
Berkat novelnya La Galigo yang diterbitkan Diva Press Yogyakarta, Dul Abdul Rahman diundang khusus mengikuti acara Borobudur Festival Cultural and Writing pada tahun 2012.(*)


2 komentar:

  1. buku-buku selanjutnya dari dul abdul rahman
    9. Insyaallah aku bisa sekolah (diva jogja 2015)
    10. Pohon-pohon peluru (pustaka puitika jogja 2015)
    11. Hikayat Cinta Lelaki monyet dan kupu-kupu bantimurung (Ombak jogja 2016)

    BalasHapus
  2. wah luar biasa karya-karyanya

    BalasHapus